STORY EDITION



UNTOUCHABLE 

Bel pulang sekolah telah berbunyi, ia berlari dengan cepat menuju parkiran untuk mengayuh sepeda, sesampai dirumah ia menuju dapur, membuka kulkas, mencari makanan, dan menemui Ibunya, itu adalah kegiatan rutin Dina sepulang sekolah. Dina biasa dipanggil Adek karena ia anak bungsu dari dua bersaudara. Ibu  yang sudah terbiasa dengan sifatnya ini langsung mengetahui anaknya akan memberikan pertanyaan atas apa yang ia dapatkan di sekolah. Dengan susah payang Dina mengangkat kursi dengan satu tangan, dan tangan satunya memegang makanan yang diambil dari kulkas. Saat ingin duduk ia lupa akan sesuatu, ia kembali ke dapur dan mengambil minuman dari kulkas “Ya Allah lupa lagi sebentar ya Ma, Adek ke dapur dulu”. Rasa penasaran yang membuatnya tergesa-gesa inilah yang disukai Ibunya. Ia tidak akan pergi sebelum rasa penasarannya di jawab oleh Ibunya, sifatnya ini yang membedakan Dina dengan Abangnya.

Dengan sigap Dina mendempetkan kursinya ke kursi Ibu dan bertanya “Ma, mengapa perempuan itu harus dihormati?” ujarnya. Senyuman kecil muncul dari bibir Ibunya. “Mengapa adek menanyakan hal seperti itu? Bukankah Ibu telah menjelaskan, Rasulullah saja menjawab yang harus dihormati adalah Ibu, Ibu, Ibu, lalu Ayahmu. Bukankah itu sudah jelas kalau perempuan harus di hormati nak?” jawab Ibunya. Dina mengunyah makanan sembari mendengar jawaban dari Ibunya. “Tapi Ma, apakah memegang perempuan itu sama artinya kita tidak menghormatinya?, Adek melihat Bella menangis permasalahanya hanya karena Rizky memegang tangganya. Uhuk..Uhuk”. “Makan jangan sambil berbicara dek nanti tersedak” kata Ibunya. Sambil meminum sebotol susu “Hahahaha ini Adek udah tersedak Ma, ia adek tidak berbicara sambil makan lagi”.

Tidak lama kemudian terdengar suara motor dari luar, dengan senang hati Dina berlari melewati ruang Tv, ruang belajar, lalu ruang tamu dan membukakan pintu untuk Ayahnya yang baru pulang kerja. “Assalammualaikum Yah, Ayah dari mana?” Tanya Dina. “Waalaikumsalam dek, Ayah dari tadi dek nunggu disini” Jawab Ayah yang menggangu anaknya. “Adek sama mama lagi nyeritain Ayah ya? Ayah mendengar tawanya Adek dari luar” ujar Ayah. “Ayo Yah, kita cerita sama Mama tentang perempuan” sambil berjalan mendekati Ibunya.

Ayah mengikuti Dina mengambil kursi dan duduk, tetapi Istrinya sedang membuatkan teh untuknya di dapur. Tanpa basa basi Dina memulai pembicaraan “Begini Yah, sewaktu di sekolah Bella menangis karena Rizky”. “Apa yang dilakukan Rizky hingga membuat Bella menangis dek?” Tanya Ayah. “Rizky yang berlari dari kantin menemui Bella dan menggandeng tangannya, lalu Bella menarik tangannya kembali dan menangis, Apakah itu masalah besar Yah?” Tanya Dina yang semakin penasaran karena belum mendapatkan jawaban. Lalu Ibu datang membawa teh hangat dan beberapa biskuit untuk Ayah. “Ayah coba jelaskan kepada Dina tentang harga diri perempuan dari sudut pandang lelaki, soalnya Ayah dulu pernah mengalaminya kan?” kata Ibu yang sedang menggoda Ayah.

Sambil mengaduk teh dan Ayahpun menjawab “Ah Mama, ada-ada saja. Begini Dek, Ayah akan memberi contoh dari susu botol yang kamu pegang”. “Apa hubungannya susu botol dengan perempuan Yah?” Tanya Dina yang semakin bingung. “Kamu dengarkan saja dulu Ayah menjelaskan Dek.” Kata Ibu. “Saat kita pergi berlibur ke rumah kakek di Medan, Apakah adek melihat banyak toko di pinggir jalan?” Tanya Ayah. “Iya Yah, banyak sekali toko di pinggir jalan dan mereka menyediakan makanan dan minuman” Jawabnya. “Lalu kita berhenti untuk beristirahat di sebuah toko, benarkan Ma?” Tanya Ayah. “Iya Yah, Mama ingat kita berhenti di toko yang penjualnya Ibu paruh baya, saat itu ia marah karena Dion memegang semua minuman di kulkas.” Jawab Ibu. Dion adalah abang dari Dina. Ia sudah memiliki Istri dan tinggal di luar kota.


“Adek tidak habis pikir Yah, Apa alasan Ibu penjual itu marah kalau dagangannya disentuh, kan wajar dong kita sebagai pembeli ingin memilih dan melihat sebelum membeli barang Yah” Tanya Dina yang belum mendapatkan gambaran. “Nah itu dia Dek, Ibu penjual kemarin meletakkan susu botol dimana saja dek?” Tanya Ayah. “Di dalam kulkas dan ada yang di susun di luar kulkas Yah.” Jawab Dina. “Saat itu Dion abang kamu memegang semua botol susu yang ada di kulkas, dengan spontan Ibu penjual marah, menurut kamu apa alasan Ibu penjual marah kepada Bang Dion Dek? Tanya Ayah. “Mungkin karena nanti botol susunya kotor semua Yah.” Jawab Dina.

Ibu sudah mengetahui kemana arah pembicaraan ini dan menyerahkan semua jawaban pada Ayah, “Mama akan menyiapkan makan siang untuk kita ya” ujarnya sambil berjalan menuju dapur. Ayah melanjutkan pembahasan mereka “Nah, sudah mulai tergambar Dek? Ibu penjual marah kalau semua susu botol di kulkas akan menjadi kotor, bayangkan saja Dek susu botol  yang dingin pasti kalau disentuh tangan, air yang ada disekitar botol menempel ditangankan?” kata Ayah. “Iya benar Yah, botol susunya ada bercak hitam karena kotornya tangan Bang Dion” kata Dina. “Tidak itu saja dek, tangan adalah sumbernya kuman dan bakteri, jadi sudah pasti apabila botol susu tersebut dipegang banyak pembeli sebelum dibeli bayangkan sudah berapa banyak kuman dan bakteri yang menempel Dek?” Tanya Ayah. “Sangat banyak Yah, karena bukan hanya bang Dion saja yang menyentuh botol susunya tetapi pembeli lain juga melakukannya Yah.”Jawab Dina.

Aroma sup ayam yang di buat oleh Ibu tercium dan membuat mereka semua merasa lapar, tetapi Dina tetap menanti jawaban dari Ayah untuk mengetahui apa penyebab utama Bella menanggis. Ayah melanjutkannya “Jadi kesimpulannya Dek, perempuan itu bagaikan susu botol di dalam kulkas dan diluar kulkas, Ibu penjual sebagai tameng atau prinsip dari seorang perempuan, lalu kuman dan bakteri sebagai dosa yang dikumpulkan. Sudah dijelaskan dalam Al-qur’an perempuan tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan marhamnya. Sama dengan botol susu tadi, susu yang didalam kulkas tidak boleh disentuh kalau mau dibeli ya langsung dibeli, dan bagaimana dengan susu botol yang diluar kulkas? Ibu penjual meletakkannya diluar karena pembeli ada yang suka susu botol dalam keadaan dingin dan ada juga yang suka susu botol dalam keadaan tidak dingin, dan pembeli bebas menyentuh susu botol yang berada diluar kulkas. Nasib botol susu ditentukan oleh Ibu penjual apakah botol susu itu ingin didalam kulkas atau diluar kulkas. Sama halnya dengan perempuan, apakah perempuan itu ingin disentuh lalu dinikahi atau dinikahi terlebih dahulu lalu disentuh. Allah sudah melarang perempuan bersentuhan dengan lelaki yang bukan mahramnya, lalu bagaimana susu botol yang sudah di sentuh banyak pembeli? Kuman dan bakterinya sudah menumpuk, perempuan tersebut mempunyai banyak dosa.” Jawab Ayah.

Dina terpaku dengan jawaban Ayah yang pandai menjelaskan dan membuatnya sangat mengerti akan kehormatan perempuan, lalu ia menyimpulkan “Ayah, Dina ingin menjadi botol susu didalam kulkas, yang dibeli telebih dahulu”. Ayah tertawa kecil “Hahaha iya anakku, jadi Bella menangis karena ia sudah mengerti larangan Allah dan kehormatan perempuan, ia berusaha menjadi susu botol didalam kulkas.” Jawab Ayah. “Terima kasih ya Yah, atas jawabannya sekarang Dina paham akan kehormatan perempuan, ayo Yah kita makan” ujarnya. Terdengar suara perut Dina yang sudah sangat lapar dan terbawa suasana harumnya aroma sup masakan Ibunya. Dengan bergegas Dina meletakkan kursi ketempat semula dan membuang semua sampah yang ada di meja. Ayah yang juga merasa lapar langsung menuju dapur dan menemui Istrinya.

Ibu tersenyum pada Ayah, lalu Ayah membalas senyuman ibu. Ibu juga mendengar penjelasan Ayah pada Dina. Mereka makan siang bersama, hanya ada Ibu, Ayah dan Dina. Dina mengingat jawaban Ayah yang menceritakan Bang Dion saat ditegur Ibu penjual, ia menjadi sangat rindu pada abangnya yang sudah di luar kota. Setelah makan siang Dina langsung menuju kamar dan mengambil handphonenya lalu mencari sebuah nama dengan inisial A. Tidak salah lagi lalu ia menelpon abangnya dan berkata “Bang masih ingat Ibu penjual dan susu botol? Hahahaha...”

Komentar

  1. nice story des, maknanya dalam, pengen jadi susu didalam kulkas juga deh:D

    BalasHapus
  2. Thank you Ratna, ayok biar dinginšŸ˜„

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer